Senin, 27 Juli 2009

Rumput Tetangga Memang Selalu Tampak Lebih Berpelangi

Jika berjalan-jalan ke Puncak atau ke Lembang, sejauh mata memandang, yang terlihat adalah hamparan hijaunya perkebunan teh. Bak permadani lembut yang dihamparkan Allah untuk kita pergi bermain diatasnya. Selalu tergoda untuk berada diatasnya dan tak jarang pula ada perasaan ingin memilikinya meski hanya sepetak dibelakang rumah kita.

Pun dalam kehidupan manusia. Berjuta orang dengan latar belakang dan warna kehidupan masing-masing. Seseorang yang masih lajang mempunyai pekerjaan yang mapan dengan penghasilan diatas rata-rata, seorang ayah yang mempunyai banyak tanggungan tapi harus kesana kemari demi sesuap nasi bagi keluarganya, seseorang yang sudah berkeluarga yang mempunyai pendidikan tinggi dan karir yang dicita-citakan tapi tanpa kehadiran seorang amanah diantaranya, seorang istri yang mengurus rumah tangga sampai tak ada waktu untuk menjalankan mimpi-mimpinya dan siapapun mereka dengan latar belakang apapun, tak jarang masih banyak orang yang ingin saling bertukar posisi.

"Andai saya menjadi si A atau menjadi si X pasti kehidupan ku tak akan begini dan akan selalu bahagia jika dalam posisinya" ataupun beribu alasan lainnya yang berandai-andai.

Cerita seorang Karun adalah sebuah kisah yang bisa dijadikan sebuah renungan, ketika seseorang dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa. Kemudian ketika Allah menawarkan kekayaan, Karun mulai membayangkan sebuah kehidupan yang indah jika semua kenikmatan duniawi berada didalam genggamannya. Dan begitulah Karun terpedaya dengan semua kenikmatan semu, melupakan semua ibadah yang biasa dilakukannya. Sehingga Allah mengazab dan menenggelamkannya bersama seluruh harta yang lebih ia cintai dari Kekasihnya semula.

Sebuah pengandaian dari seorang karun yang berakhir dibawah tanah bersama seluruh impiannya.

Seorang manusia tak kan luput dari yang namanya sebuah keinginan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari yang sedang dijalaninya. Pun dengan seorang Fatimah Azzahra putri Rasulullah SAW. Dikisahkan ketika Rasul sedang berkunjung ke rumah Fatimah, Rasul mendapati Fatimah sedang menggiling syari (sejenis padi-padian) dengan penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasul bertanya apa yang menyebabkan Fatimah begitu bersedih, Fatimah menjawab bahwa kegiatannya menggiling syari dan pekerjaan rumah tanggalah yang menyebabkannya menangis. Kemudian Fatimah memohon kepada ayahnya, Rasulullah SAW, untuk meminta Ali, suaminya, mencarikan seorang khadimat sekedar meringankan pekerjaannya seputar rumah tangga.

Rasul dengan tenang menjawab pertanyaan putri tercintanya Fatimah. Bahwasanya Allah mampu jika berkehendak, penggilingan syari tersebut berputar sendiri mengerjakan pekerjaanya, ataupun memudahkan segala pekerjaan rumah tangganya. Tetapi Allah menginginkan kebaikan ditulis dari tangan Fatimah sendiri dan menghapuskan keburukannya melalui semua rutinitasnya dalam pekerjaan rumah tangga. Jika semua amalnya terus dilakukan maka Allah akan mengampuninya dari sesuatu yang telah lalu dan dari sesuatu yang akan datang. Rasul pun tak luput menggambarkan kemudahan sakaratul maut juga keindahan taman-taman surgawi jika seorang istri melayani suami dengan sepenuh hati.

Dua kisah yang dapat kita jadikan tauladan dalam kehidupan, ketika rasa ketidak puasan akan kehidupan yang sedang dijalani hadir dalam kehidupan kita. Allah mengabulkan keinginan Karun, ketika ia menghendaki sebuah kehidupan yang indah di dunia dengan akhir kehidupannya ditenggelamkan Allah didasar tanah. karena Karun tidak mampu memegang amanah yang telah Allah berikan. Tetapi Allah begitu menyayangi seorang Fatimah yang sedang berkeluh kesah terhadap ayahanda tercintanya, tentang kehidupan yang dijalaninya, dengan menjanjikan kehidupan di taman surgawi jika Fatimah ikhlas menjalaninya.

Bukan sebuah dosa jika kita mempunyai keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ketika rasa itu muncul karena melihat kehidupan orang lain yang menurut kita lebih indah dibanding kehidupan kita sendiri. Karena memang Allah telah menjadikannya terasa indah dimata manusia mencintai apa yang diinginkan berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Karena itu semua adalah kesenangan dunia. Semua tercantum dengan jelas dalam Al-Quran, surat Ali-Imran, ayat 14.

Jadi ketika seorang ibu rumah tangga melihat wanita lain yang tenang menjalani hidupnya, tanpa disibukkan dengan segala kegiatan rumah tangga, adalah sebuah kewajaran jika timbul keinginan dibebaskannya dalam rutinitasnya sehari-hari. Ketika seseorang yang masih sendirian melihat orang lain yang mapan menjalani kehidupannya, bersama suami atau istri dan anak-anak tercintanya, kemudian timbul perasaan harap-harap cemas, kapan akan bertemu pujaan hatinya dan menjalani kehidupan normal layakanya sebuah keluarga harmoni, hal itu adalah lumrah. Ketika seorang ayah yang membanting tulang mencari rezeki, agar keluarganya tercinta mendapatkan kehidupan yang layak dan melihat orang lain begitu mudahnya mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa harus bersusah payah, kemudian timbul kerinduannya akan kehidupan ketika semua masih terasa mudah untuk dijalani tanpa adanya tanggung jawab besar, hal itu bukanlah sebuah dosa.

Tetapi jika seorang manusia ikhlas dengan apa yang sedang dijalaninya, Allah telah mengabarkan berita yang lebih indah dari pada semua kenikmatan duniawi. Tersedia baginya disisi Allah taman-taman surgawi dimana manusia kekal hidup didalamnya, dengan pasangan-pasangan suci dan ridha Allah menyertainya, Allah Maha melihat hamba-hambanya. Dan hal ini pun muktamat Allah cantumkan dalam AlQuran, surat Ali-Imran, ayat 15.

Rumput yang hijau nan indah pun sejuk memang akan selalu menggoda kita untuk datang dan bersantai diatas hamparannya, apalagi rumput indah itu adalah milik tetangga kita tercinta atau orang terdekat. Tapi kawan.... rumput mereka memang akan selalu tampak indah dimata kita dan akan selalu timbul keinginan untuk memiliki dan mencintainya. Rumput itu tidak hanya berwarna hijau saja tapi malah akan tampak berpelangi, jika kita bersyukur dengan yang kita jalani saat ini. Karena syetan akan selalu mempunyai seribu cara untuk mewarnai rumput tersebut agar tampak selalu indah di mata kita. Wallohu'alam..... (eramuslim.com)